Kamis, 12 Juni 2014

another experience

Pengalaman Berdasarkan Pedagogi

Seperti yang sudah saya jelaskan di post sebelumnya, pedagogi merupakan pendidikan yang berfokus pada guru atau teacher-centered, pedagogi juga merupakan pendidikan yang biasanya digunakan untuk anak-anak di sekolah dan peserta didiknya disebut “siswa”. Dalam proses pendidikannya, pedagogi menuntut agar guru lebih aktif untuk memberikan informasi kepada siswa seperti menciptakan ide-ide dan contoh dalam pembelajaran.

Jika dikaitkan dengan pengalaman pribadi dari diri saya sendiri, saya dapat mengemukakan bahwa pendidikan yang saya terima selama sembilan tahun di bangku sekolah dulu memang berfokus kepada guru sebagai tenaga pengajar yang memberikan informasi kepada siswa dan siswinya karena masih memiliki pengalaman dan informasi yang minim. Oleh karena itu, guru saya semasa sekolah dasar dulu selalu mengajari kami dengan proporsi kurang lebih 75% dan kami masih belajar secara pasif karena masih harus menerima ilmu dari guru. Pada saat itu kami masih belum belajar cara berdiskusi karena masih duduk di kelas satu sekolah dasar. Guru saya termasuk guru yang tegas terhadap peraturan dan perencanaan tujuan belajar mengajar yang telah disusunnya tergolong efektif dan efisien, karena dalam waktu dua bulan saja kami semua sudah bisa membaca walaupun tidak semua menjalani pendidikan pra-sekolah.

Guru juga menjadi fokus utama pada saat itu, karena semua ilmu yang kami dapat adalah berdasarkan teori dari buku, serta gagasan dan ilmu pengetahuan guru kami yang telah dimilikinya. Hal ini membuktikan bahwa asumsi tentang peserta didik pedagogi masih belum berpengalaman dan masih minim ilmu, serta pendidikan masih berfokus pada toeri itu benar. Berbeda halnya dengan andragogi yang berfokus pada masalah-masalah yang ada. Namun pada saat duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) kami sudah diperkenalkan dengan cara belajar andragogi yang mengharuskan peserta didik untuk dapat belajar secara aktif. Walaupun demikian, pengajaran kami pada saat itu masih berfokus pada guru yang memberikan ilmu yang dimilikinya, guru masih sebagai tenaga pengajar yang aktif serta menyediakan ide-ide serta gagasan. Tujuan pembelajaran juga masih direncanakan oleh guru karena pembelajaran kami juga masih dependen, yaitu masih bergantung pada guru. Berbeda dengan pada saat memperoleh pengajaran di perguruan tinggi yang mengharuskan kami untuk aktif belajar dan harus membaca materi terlebih dahulu karena cara pembelajaran yang independen.

Perbedaan antara cara belajar dependen dan cara belajar independen ini memang benar-benar jelas terlihat. Pada saat di bangku sekolah, peserta didik diwajibkan mendengaarkan materi yang disampaikan seorang guru sebagai tenaga pengajar karena jika peserta didik tidak melihat, mendengarkan, serta menyimak penjelasan dari guru, maka peserta didik akan kesulitan dalam proses belajarnya. Hal ini dapat saya buktikan dengan pengalaman saya pada saat di bangku sekolah, karena cara pembelajaran yang pasif dan dependen, saya sering kebingungan pada saat belajar karena saya kurang mendengarkan dan menyimak guru di kelas. Serta guru akan menegur siswa yang tidak menyimak pelajaran, guru juga biasanya akan mengajari siswanya sampai mereka mengerti. Ini menunjukkan ketergantungan peserta didik terhadap tenaga pengajar dalam pendidikan pedagogi. Berbeda halnya dengan proses belajar independen, peserta didik bebas menentukan pilihan apakah ingin memperhatikan tenaga pengajar atau tidak. Karena peserta didik dapat memperoleh materi perkuliahan baik dari saat pertemuan maupun dari luar. Dan jika pada saat akhir pertemuan mahasiswa tidak bertanya, maka dapat diasumsikan mereka sudah mengerti.


Itulah pengalaman belajar saya yang telah saya kaitkan dengan pedagogi serta telah saya bandingkan dengan andragogi agar pembaca dapat memahami lebih jelas lagi mengenai perbedaan antara keduanya. Serta pengalaman saya dapat dijadikan suatu contoh nyata tentang dinamika pedagogi dan andragogi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar