Pengalaman Berdasarkan Pedagogi
Seperti yang sudah saya jelaskan di post sebelumnya,
pedagogi merupakan pendidikan yang berfokus pada guru atau teacher-centered,
pedagogi juga merupakan pendidikan yang biasanya digunakan untuk anak-anak di
sekolah dan peserta didiknya disebut “siswa”. Dalam proses pendidikannya, pedagogi
menuntut agar guru lebih aktif untuk memberikan informasi kepada siswa seperti
menciptakan ide-ide dan contoh dalam pembelajaran.
Jika dikaitkan dengan pengalaman pribadi dari diri
saya sendiri, saya dapat mengemukakan bahwa pendidikan yang saya terima selama
sembilan tahun di bangku sekolah dulu memang berfokus kepada guru sebagai
tenaga pengajar yang memberikan informasi kepada siswa dan siswinya karena
masih memiliki pengalaman dan informasi yang minim. Oleh karena itu, guru saya
semasa sekolah dasar dulu selalu mengajari kami dengan proporsi kurang lebih
75% dan kami masih belajar secara pasif karena masih harus menerima ilmu dari
guru. Pada saat itu kami masih belum belajar cara berdiskusi karena masih duduk
di kelas satu sekolah dasar. Guru saya termasuk guru yang tegas terhadap
peraturan dan perencanaan tujuan belajar mengajar yang telah disusunnya
tergolong efektif dan efisien, karena dalam waktu dua bulan saja kami semua
sudah bisa membaca walaupun tidak semua menjalani pendidikan pra-sekolah.
Guru juga menjadi fokus utama pada saat itu, karena
semua ilmu yang kami dapat adalah berdasarkan teori dari buku, serta gagasan
dan ilmu pengetahuan guru kami yang telah dimilikinya. Hal ini membuktikan
bahwa asumsi tentang peserta didik pedagogi masih belum berpengalaman dan masih
minim ilmu, serta pendidikan masih berfokus pada toeri itu benar. Berbeda halnya
dengan andragogi yang berfokus pada masalah-masalah yang ada. Namun pada saat
duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) kami sudah diperkenalkan dengan
cara belajar andragogi yang mengharuskan peserta didik untuk dapat belajar
secara aktif. Walaupun demikian, pengajaran kami pada saat itu masih berfokus
pada guru yang memberikan ilmu yang dimilikinya, guru masih sebagai tenaga
pengajar yang aktif serta menyediakan ide-ide serta gagasan. Tujuan pembelajaran
juga masih direncanakan oleh guru karena pembelajaran kami juga masih dependen,
yaitu masih bergantung pada guru. Berbeda dengan pada saat memperoleh pengajaran
di perguruan tinggi yang mengharuskan kami untuk aktif belajar dan harus
membaca materi terlebih dahulu karena cara pembelajaran yang independen.
Perbedaan antara cara belajar dependen dan cara
belajar independen ini memang benar-benar jelas terlihat. Pada saat di bangku
sekolah, peserta didik diwajibkan mendengaarkan materi yang disampaikan seorang
guru sebagai tenaga pengajar karena jika peserta didik tidak melihat,
mendengarkan, serta menyimak penjelasan dari guru, maka peserta didik akan
kesulitan dalam proses belajarnya. Hal ini dapat saya buktikan dengan
pengalaman saya pada saat di bangku sekolah, karena cara pembelajaran yang
pasif dan dependen, saya sering kebingungan pada saat belajar karena saya
kurang mendengarkan dan menyimak guru di kelas. Serta guru akan menegur siswa
yang tidak menyimak pelajaran, guru juga biasanya akan mengajari siswanya
sampai mereka mengerti. Ini menunjukkan ketergantungan peserta didik terhadap
tenaga pengajar dalam pendidikan pedagogi. Berbeda halnya dengan proses belajar
independen, peserta didik bebas menentukan pilihan apakah ingin memperhatikan
tenaga pengajar atau tidak. Karena peserta didik dapat memperoleh materi
perkuliahan baik dari saat pertemuan maupun dari luar. Dan jika pada saat akhir
pertemuan mahasiswa tidak bertanya, maka dapat diasumsikan mereka sudah
mengerti.
Itulah pengalaman belajar saya yang telah saya
kaitkan dengan pedagogi serta telah saya bandingkan dengan andragogi agar
pembaca dapat memahami lebih jelas lagi mengenai perbedaan antara keduanya. Serta
pengalaman saya dapat dijadikan suatu contoh nyata tentang dinamika pedagogi
dan andragogi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar